Senin, 24 September 2018

PENANGANAN KOMPERHENSIF PADA KASUS 
GANGGUAN PENDENGARAN

Oleh: Cecep Agas Triono, AMd. OT
Bagian Okupasi Terapi Instalasi Rehabilitasi Medik 
Rumah Sakit Pusat Pertamina

Dalam tahun pertama kehidupan, pendengaran adalah bagian penting dari perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak. Bahkan kehilangan pendengaran ringan atau berat dapat mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk berbicara dan memahami bahasa. Dengan gangguan pendengaran seorang anak dapat mengalami keterlambatan bicara sehingga sangat memerlukan terapi pada anak untuk mengembangkan kemampuan bicaranya.

Gangguan pendengaran merupakan masalah yang banyak terjadi di seluruh dunia. Dari data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 ditemukan 5,3% populasi di dunia mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan data tahun 2017, sebanyak 9,6 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Hal ini cukup mengkhawatirkan, pasalnya masalah ini justru banyak terjadi pada bayi yang baru lahir. Disebutkan bahwa 1 dari 1000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. 

Kebanyakan bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran memiliki orang tua yang normal pendengarannya. Artinya, banyak orang tua yang belum mengetahui bagaimana cara menangani gangguan pendengaran tersebut. Bayi yang terlahir dengan gangguan pendengaran juga akan mengalami gangguan pada proses tumbuh kembangnya. Hal ini menyulitkan sang anak untuk beradaptasi, bahkan untuk mendapatkan kemampuan berbicara karena ia tidak dapat mengenali bahasanya sendiri.

Pemeriksaan dini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah anak yang baru lahir memiliki masalah pendengaran atau tidak. Hal ini bisa dicurigai ketika sang bayi mulai tumbuh dan ia terbiasa menarik-narik telinganya. Bahkan saat Anda mencoba memberinya stimulasi suara, ia tidak bisa meresponsnya sampai ia melihat Anda. Jika hal ini terjadi, segera periksakan anak Anda ke dokter THT. Setelah dilakukan pemeriksaan dan diketahui tingkat keparahan gangguan pendengaran, biasanya sang anak disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar.

Sayangnya, masalah tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Seperti yang tadi disebutkan, anak yang memiliki gangguan pedengaran juga akan mengalami hambatan pada kemampuan berbicaranya. Perlu juga dilakukan terapi pada untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Pada pasien gangguan dengar dari lahir, terapi idealnya dilaksanakan terus-menerus hingga dewasa. Hal ini dikarenakan permasalahan tidak saja terletak pada masalah bicara dan pengucapan tetapi juga pada pemahaman dan tata bahasa.

Untuk menanggulangi masalah gangguan bicara akibat masalah pendengaran ini membutuhkan banyak tenaga terapis yang bisa membantu anak tumbuh dengan kemampuan bicara seperti anak pada umumnya. Beberapa jenis terapi untuk penanganan anak dengan gangguan pendengaran:

1. Alat bantu dengar 
Alat bantu dengar adalah pengobatan nonmedis utama untuk gangguan pendengaran sensorineural. Jenis yang paling umum dari gangguan pendengaran melibatkan disfungsi sel rambut luar, alat bantu dengar memungkinkan amplifikasi suara untuk mengatasi masalah ini. Komponen dasar Sebuah alat bantu dengar adalah mikrofon, amplifier, dan penerima.


2. Terapi wicara

Terapi wicara membantu anak dengan gangguan pendengaran pada area bicara untuk membenahi pengucapan/artikulasi, bahasa, tata bahasa, kelancaran bicara dan irama bicara. Terapi wicara akan memberikan program untuk membantu anak dengan gangguan pendengaran agar berkembang sesuai dengan usia perkembangan bahasa dan bicaranya.


3. Sensori integrasi


Sensori Integrasi membantu membenahi sistem sensori pada area auditory, dimana pada kasus gangguan pendengaran terjadi terhambatnya proses suara menuju otak, begitu juga terganggunya sistem vestibular yang mana letak resptornya berada di telinga bagian tengah. Sehingga akan menghambat perkembangan normal dan perilakunya. Terapi sensori Integrasi dapat membantu anak dengan gangguan pendengaran agar perkembangan dan perilakunya sesuai dengan usianya.





4. Okupasi terapi
Anak dengan gangguan pendengaran disamping terhambat akan komunikasi bahasa dan bicaranya, akan terhambat juga pada area fungsionalnya. Dimana Okupasi terapi membenahi area fungsional anak dengan gangguan pendengaran. Area fungsional seorang anak meliputi : kemampuan dalam melakukan aktivitas keseharian, pemanfaatan waktu luang, sosialisasi dengan lingkungan dan termasuk ke area Akademik.


Dengan penanganan yang benar dan tepat serta komprehensif, maka anak dengan gangguan pendengaran dapat menjalani kehidupan seperti anak pada umumnya. Serta tingkat kualitas kesehatan yang lebih baik. Rumah sakit Pusat Pertamina melayani kasus pasien dengan gangguan pendengaran dengan adanya fasilitas layanan terapi yang komprehensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar