Rabu, 26 September 2018

TERAPI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TERAPI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN 
SENSORI INTEGRASI

Di Indonesia berdasarkan data tahun 2011 (Susenas Triwulan 1 Maret 2011), jumlah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang disabilitas adalah 9.957.600 dari total 82.980.000 populasi anak Indonesia (12%). Sedangkan jumlah anak dengan kecerdasan istimewa dan berbakat istimewa adalah sebesar 2.2% dari populasi anak usia sekolah (4-18 tahun).

Di Indonesia dengan populasi terbesar keempat di dunia, jumlah anak berkebutuhan khusus ternyata cukup banyak. Tingginya angka riil anak berkebutuhan khusus ini menjadi tugas bagi seluruh tenaga kesehatan, untuk bisa melakukan upaya-upaya penanganan sebagai salah satu langkah untuk memenuhi kebutuhan dasar anak untuk hidup, hak tumbuh dan berkembang secara optimal, dan bisa berbaur dan diterima oleh masyarakat tanpa stigma, bebas dari tindakan kekerasan, diskriminasi, penelantaran dan mempunyai akses pekerjaan kelak dikemudian hari perencanaan yang baik

Apa itu SENSORI INTEGRASI?

Pada tahun 1972 ahli Terapi Okupasi dari Amerika Serikat A. Jean Ayres mengenalkan suatu model perkembangan manusia yang dikenal dengan teori Sensori Integrasi. Sensori Integrasi merupakan Proses menerima, mengubah dan membedakan sensasi untuk menghasikan suatu perilaku yang adaptif.Perilaku adaptif yang dihasilkan kemudian berkembang menjadi keterampilan yang lebih kompleks seperti bahasa, pengendalian emosi dan berhitung. Dalam siklus Sensori Integrasi, adanya gangguan pada keterampilan dasar akan menimbulkan kesulitan dalam menguasai keterampilan yang lebih tinggi. Sebagai gambaran proses Sensori Integrasi dapat diuraikan sebagai berikut: Setiap detik otak menerima jutaan input sensori melalui reseptor. Input sensori yang diterima dapat berupa tekanan, suhu, getaran, gerak, rasa dan lainnya. Otak kemudian akan mengolah dan mengartikan input sensori tersebut sebagi informasi. Informasi inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam memberikan respon. Setelah itu, otak melakukan evaluasi apakah respon tersebut telah sesuai dengan input sensori yang diberikan. Pada tahap ini tubuh mengalami proses ‘belajar’ sedangkan otak mengembangkan kemampuan dari pengalaman-pengalaman yang dirasakan.

Input sensori dari lingkungan diterima oleh indera yang ada diseluruh tubuh. Indera tersebut meliputi pendengaran (Auditory), penglihatan (Visual), pengecapan (Gustatory), penciuman (Olfactory), perabaan (Tactile), sistem keseimbangan (Vestibular), serta otot-otot dan sendi (Proprioceptive). Terapi Sensori Integrasi menitikberatkan stimulasi pada tiga indera utama yaitu Tactile, Vestibular dan Proprioceptive, namun tidak melupakan juga stimulasi pada indera yang lainnya.

Apa itu Disfungsi SI?

Disfungsi SI menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk menangkap dan menggunakan informasi yang diterima oleh panca indera secara benar. Anak dengan disfungsi SI mempunyai kesulitan mengolah infomasi yang diterima panca inderanya untuk melaksanakan tugas sehari-hari, misalnya memakai baju, makan, atau bermain. Mereka juga mungkin bisa mengalami kesulitan dalam beberapa aktivitas dan situasi sosial.

Misalnya, mereka mungkin tidak menyukai melukis dengan jari karena mereka tidak suka tangannya basah atau lengket. Atau mereka merasa tidak nyaman di tengah keramaian karena bising dan jumlah orang yang banyak. Disfungsi SI bisa muncul dengan berbagai kombinasi dari indera-indera, yaitu: penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, peraba, atau pergerakan. Pada saat tertentu dalam hidup, kebanyakan orang punya kesulitan mengolah informasi indera, tetapi jika hal ini mengganggu kemampuan kita dalam hidup sehari-hari, tentu saja bisa jadi masalah.

Ciri-ciri umum Disfungsi SI meliputi :

1. Terlalu responsif atau terlalu tidak responsif terhadap rangsangan indera (misalnya, tidak bisa mentolerir adanya tag (lembaran tanda merk) pada baju, atau mempunyai ambang batas rasa sakit yang tidak biasa)

2. Tingkat aktivitas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah (lebih dari biasa)

3. Bergerak terus-menerus atau terlalu cepat merasa capek

4. Kesulitan dengan gerakan otot yang memerlukan ketelitian (menggunting dengan gunting) dan/atau gerakan otot yang memerlukan rencana (melempar bola)

5. Masalah mengendalikan diri (misalnya kesulitan menenangkan diri setelah melakukan suatu aktivitas)

6. Kesulitan mengubah aktivitas-aktivitas

7. Koordinasi mata-tangan kurang

Gangguan yang sering diikuti dengan gangguan sensori integrasi

1. ADHD (Attention Deficit & Hyperactivity Disorder)

2. DAMP (Deficits in Attention, Motor and Perception)

3. Pervasive Developmental Disorders ( Autism, Asperger, MSDD-Multi System Development Disorder)

4. Developmental Language Delays : reseptif, ekspresif, campuran

5. Regulatory disorders (Zero to Three)

6. Gangguan belajar spesifik

Ketika seorang okupasi terapis menggunakan Sensori Integrasi sebagai kerangka acuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mentolerir dan mengintegrasikan input sensori, Okupasi Terapis yang lain mungkin terfokus pada akomodasi lingkungan sehingga orang tua dan sekolah dapat berperan serta untuk meningkatkan fungsi anak di rumah, sekolah, dan di masyarakat. 

Hasil akhir pada anak berkebutuhan khusus dengan diberikan tindakan Sensori Integrasi antara lain: daya konsentrasi anak semakin baik, perilaku anak lebih terarah, anak menjadi lebih percaya diri, pengaturan diri dalam melaksanakan sebuah aktivitas semakin baik, anak mampu mengontrol emosinya, mampu berfikir abstrak atau berimajinasi, kemampuan akademik anak menjadi lebih baik.

Sensori Integrasi merupakan tonggak utama dalam perkembangan anak. Setiap aktivitas yang dilakukannya pasti melibatkan siklus Sensori Integrasi. Untuk itu sangat penting untuk menstimulus indera-indera anak agar ia merasakan pengalaman-pengalaman yang membantunya menghasilkan respon yang adaptif. Ingatlah keberhasilan dalam mengolah input sensori menentukan pencapaiannya dalam proses belajar.

Senin, 24 September 2018

PENANGANAN KOMPERHENSIF PADA KASUS 
GANGGUAN PENDENGARAN

Oleh: Cecep Agas Triono, AMd. OT
Bagian Okupasi Terapi Instalasi Rehabilitasi Medik 
Rumah Sakit Pusat Pertamina

Dalam tahun pertama kehidupan, pendengaran adalah bagian penting dari perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak. Bahkan kehilangan pendengaran ringan atau berat dapat mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk berbicara dan memahami bahasa. Dengan gangguan pendengaran seorang anak dapat mengalami keterlambatan bicara sehingga sangat memerlukan terapi pada anak untuk mengembangkan kemampuan bicaranya.

Gangguan pendengaran merupakan masalah yang banyak terjadi di seluruh dunia. Dari data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 ditemukan 5,3% populasi di dunia mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan data tahun 2017, sebanyak 9,6 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Hal ini cukup mengkhawatirkan, pasalnya masalah ini justru banyak terjadi pada bayi yang baru lahir. Disebutkan bahwa 1 dari 1000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. 

Kebanyakan bayi yang lahir dengan gangguan pendengaran memiliki orang tua yang normal pendengarannya. Artinya, banyak orang tua yang belum mengetahui bagaimana cara menangani gangguan pendengaran tersebut. Bayi yang terlahir dengan gangguan pendengaran juga akan mengalami gangguan pada proses tumbuh kembangnya. Hal ini menyulitkan sang anak untuk beradaptasi, bahkan untuk mendapatkan kemampuan berbicara karena ia tidak dapat mengenali bahasanya sendiri.

Pemeriksaan dini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah anak yang baru lahir memiliki masalah pendengaran atau tidak. Hal ini bisa dicurigai ketika sang bayi mulai tumbuh dan ia terbiasa menarik-narik telinganya. Bahkan saat Anda mencoba memberinya stimulasi suara, ia tidak bisa meresponsnya sampai ia melihat Anda. Jika hal ini terjadi, segera periksakan anak Anda ke dokter THT. Setelah dilakukan pemeriksaan dan diketahui tingkat keparahan gangguan pendengaran, biasanya sang anak disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar.

Sayangnya, masalah tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Seperti yang tadi disebutkan, anak yang memiliki gangguan pedengaran juga akan mengalami hambatan pada kemampuan berbicaranya. Perlu juga dilakukan terapi pada untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Pada pasien gangguan dengar dari lahir, terapi idealnya dilaksanakan terus-menerus hingga dewasa. Hal ini dikarenakan permasalahan tidak saja terletak pada masalah bicara dan pengucapan tetapi juga pada pemahaman dan tata bahasa.

Untuk menanggulangi masalah gangguan bicara akibat masalah pendengaran ini membutuhkan banyak tenaga terapis yang bisa membantu anak tumbuh dengan kemampuan bicara seperti anak pada umumnya. Beberapa jenis terapi untuk penanganan anak dengan gangguan pendengaran:

1. Alat bantu dengar 
Alat bantu dengar adalah pengobatan nonmedis utama untuk gangguan pendengaran sensorineural. Jenis yang paling umum dari gangguan pendengaran melibatkan disfungsi sel rambut luar, alat bantu dengar memungkinkan amplifikasi suara untuk mengatasi masalah ini. Komponen dasar Sebuah alat bantu dengar adalah mikrofon, amplifier, dan penerima.


2. Terapi wicara

Terapi wicara membantu anak dengan gangguan pendengaran pada area bicara untuk membenahi pengucapan/artikulasi, bahasa, tata bahasa, kelancaran bicara dan irama bicara. Terapi wicara akan memberikan program untuk membantu anak dengan gangguan pendengaran agar berkembang sesuai dengan usia perkembangan bahasa dan bicaranya.


3. Sensori integrasi


Sensori Integrasi membantu membenahi sistem sensori pada area auditory, dimana pada kasus gangguan pendengaran terjadi terhambatnya proses suara menuju otak, begitu juga terganggunya sistem vestibular yang mana letak resptornya berada di telinga bagian tengah. Sehingga akan menghambat perkembangan normal dan perilakunya. Terapi sensori Integrasi dapat membantu anak dengan gangguan pendengaran agar perkembangan dan perilakunya sesuai dengan usianya.





4. Okupasi terapi
Anak dengan gangguan pendengaran disamping terhambat akan komunikasi bahasa dan bicaranya, akan terhambat juga pada area fungsionalnya. Dimana Okupasi terapi membenahi area fungsional anak dengan gangguan pendengaran. Area fungsional seorang anak meliputi : kemampuan dalam melakukan aktivitas keseharian, pemanfaatan waktu luang, sosialisasi dengan lingkungan dan termasuk ke area Akademik.


Dengan penanganan yang benar dan tepat serta komprehensif, maka anak dengan gangguan pendengaran dapat menjalani kehidupan seperti anak pada umumnya. Serta tingkat kualitas kesehatan yang lebih baik. Rumah sakit Pusat Pertamina melayani kasus pasien dengan gangguan pendengaran dengan adanya fasilitas layanan terapi yang komprehensif.

Jumat, 14 Maret 2014

MANAJEMEN PERILAKU



Di sekolah, di rumah setiap harinya kita memerlukan waktu untuk mendisiplin dan menangani anak, bila waktu tersebut dikurangi, maka akan lebih bayak waktu yang dapat digunakan untuk hal lainnya. Di bawah ini adalah poin-poin untuk meningkatkan manajemen perilaku anak di rumah maupun di kelas. Yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas waktu dalam membimbing anak. Jika anda ingin anak di sekolah atau di rumah berkelakuan baik, maka anda anda harus KONSISTEN.

  1. Konsisten pada pengharapan Anda
Usahakan untuk memiliki harapan-harapan yang sama pada setiap situasi khusus. Misalnya jika anda di rumah mengharapkan ketenangan, tidak menyalakan TV keras-keras dan tidak membuat berantakan ruangan. Sebaiknya, bila anak diperbolehkan main maka selesai bermain barang-barang yang digunakan ahrus dirapikan dan dikembalikan ke tempatnya semula.

  1. Konsisten dalam mendefinisikan harapan-harapan
Jangan berharap anak-anak secara otomatis akan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka pada setiap situasi. Setiap situasi baru membutuhkan definisi yang jelas tentang apa yang anda harapkan dari mereka. Anak-anak perlu memahami tentang apa-apa yang diharapkan dari mereka di tempat bermain, di dalam kelas. Sudah tentu mereka juga perlu tahu ada beberapa perilaku yang tidak diperbolekan dalam setiap situasi dimanapun.

  1. Anak harus tahu konsekuensi perilaku mereka, dan juga bahwa konsekuensi tersebut akan dilaksanakan
Pada umumnya anak ingin tahu dimana posisi mereka karena akan membantu mereka dalam membuat keputusan. Kalau mereka tahu bahwa jika setiap kali mereka melakukan “tindakan A’ maka anda akan melakukan ‘tindakan B”. mereka dapat memilih tindakan apa yang akan mereka lakukan serta bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut. Hal ini mengurangi kemungkinan anak menyalahkan orang lain atau situasi bila memperoleh hukuman. Bila anak susah tahu konsekuensi dari perilaku yang salah, maka mereka akan meminta hukuman yang diberikan bila memang mereka berbuat salah.

  1. Bila ada aturan untuk “anak”, berlakukan aturan tersebut juga untuk anak yang lain atau anggota keluarga yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan no.3. Bila anak menyadari bahwa setiap anak/anggota keluarga mamperoleh hukuman yang sama, terlepas dari anggota keluarga itu Ayah, Ibu, Nenek, Kakak, dan Adik, maka hukuman cenderung tidak akan dianggap masalah pribadi. Mereka “anak’ perlu fakta bahwa “anak”  bukan satu-satunya  yang mendapat hukuman bila berbuat salah.

  1. Konsisten dalam memberikan hadiah (reward)
Memberi hadiah pada perilaku baik akan meningkatkan frekuensi perilaku tersebut dan mengurangi fokus terhadap perilaku bermasalah. Cara ini juga memperbaiki iklim dalam keluarga dan konsep diri anak. Bahkan anak yang paling nakal sekalipun suka bila sesekali dipuji.

  1. Bila anda memberikan “konsekuensi” kepada anak, pastikan bahwa ia melakukannya.
Bila anak diberi kesempatan untuk menghindari konsekuensi/hukuman kemungkinan mereka mengulangi perbuatannya akan meningkat secara dramatis. Anak akan kehilangan penghargaan mereka terhadap orang tua yang terbiasa membebaskan anak dari konsekuensi yang seharusnya mereka jalani.

  1. Selain konsisten dalam perilaku, perlu juga kerjasama dan konsisten antar sesama anggota keluarga lain.
Bila setiap anggota keluarga secara konsisten melaksanakan aturan, lingkungan keluarga akan lebih mudah diawasi dan anak akan lebih bahagia karena adanya batas-batas yang jelas dan lebih aman.


Yang boleh dilakukan
Yang tidak boleh dilakukan
1.     Konsisten pada pengharapan anda

2.     Definisikan harapan anda


3.     Buat garis besar harapan-harapan

4.     Buat harapan-harapan yang jelas bagi anak
5.     Konsisten dalam memberikan hadiah

6.     Pastikan anda mematuhi aturan yang telah dibuat

7.     Konsisten dengan anggota keluarga lain dalam menangani perilaku anak
1.     Jangan biarkan kelelahan mempengaruhi perilaku yang diharapkan
2.    Jangan biarkan anak menduga-duga mengenai batasan perilaku yang tepat
3.    Jangan biarkan anak menghindari pelaksanaan konsekuensi
4.    Jangan bedakan perlakuan

5.    Jangan biarkan sisi negatif anda mempengaruhi
6.    Jangan gunakan sistem yang tidak adil dalam pelaksanaan konsekuensi

7.    Jangan lari dan sembunyi bila anda melihat anak melanggar aturan yang ada

Sabtu, 11 Januari 2014

SEKOLAH PURBA ADHIKA


Sekilas tentang sekolah Purba Adhika yang menerima anak dengan berkebutuhan khusus. Dimana saya sangat tertarik untuk membahasnya disini, karena disekolah Purba Adhika ini anak berkebutuhan khusus diberikan keterampilan untuk bekal kehidupan agar anak berkebutuhan khusus disiapkan mandiri.
Sekolah Purba Adhika mempunyai program pendidikan dari pra sekolah sampai jenjang SMA. Beberapa Kasus yang Sekolah Purba Adhika tangani antara lain:
  • Siswa Autis yakni siswa yang memiliki karakter kurang respon, tidak bisa diam, terlambat bicara, imajinasinya hilang saat bicara serta sosialisasi lemah.
  • Siswa low learner yakni siswa dengan potensi intelektual dan IQ dibawah rata-rata normal. ciri anak masih bisa merespon rangsangan dapat beradaptasi sosial, dapat menyelesaikan tugas akademik
  • Anak dengan hambatan belajar spesifik meliputi disleksia, disgrafia dan diskalkulia
Disleksia adalah anak yang kesulitan belajar membaca. karakteristik lambat dalam mengenal huruf serta lamban memahami isi bacaan serta sering keliru dalam membaca teks

Disgrafia adalah anak yang kesulitan belajar menulis. kalau menyalin tulisan lambat, menulis terbalik, sulit mebedakan huruf b dan d, p dan q, v dan u, 6 dan 9. hasil tulisan tidak mudah dibaca karena tulisannya banyak yang keliru. Terbalik atau huruf hilang serta tidak lurus saat menulis.

Diskalkulia adalah anak yang kesulitan berhitung. sulit membedakan tanda dalam berhitung +, -. <, >, =, x, : sulit mengoperasikan bilangan. sering salah membilang dengan huruf, sering salah menbedakan 6 dan 9, 17 dan 71, 2 dan 5, 8 dengan 3 dan sulit membedakan bangun geometri.

Anak yang mengalami gangguan komunikasi, adalah anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan) atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa.

Di Sekolah Purba Adhika juga ada fasilitas Pelayanan terapi. adanya layanan ini untuk membantu mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan anak berkebutuhan khusus. Dan saling terintegrasi anatara program, terapi dan program sekolah untuk meminimalkan hambatan-hambatan dalam perkembangan perilaku, komunikasi, motorik, sosial, sensomotor, dan intelegensi. adapun pelayanan terapi yang ada meliputi:

  1. Terapi Sensori Integrasi. Sensori Integrasi membantu proses sensorik seorang anak agar tercapai kemampuan mengolah informasi secara tepat, kemampuan berkonsentrasi, kemampuan mengorganisasi, self-esteem, kemampuan kontrol diri, percaya diri, kemampuan akdemik dan kemampuan berfikir abstrak.
  2. Terapi Okupasi. penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi dan memfasilitasi sehingga tercapai peningkatan perbaikan dan pemeliharan kemampuan anak. memperhatikan dan keterbatasan yang dimiliki anak. terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai produktivitasnya, bentu dirinya dan pemamfaatan waktu luang.
  3. Terapi Wicara. Terapi yang diperuntukan bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasukdidalamnya gangguanterlambat bicara dan gangguan motorik mulut lainnya.
  4. Terapi perilaku. Tujuannya untuk menghilangkan atau mengurangi perilaku bermasalah misalnya tidak merespon saat dipanggil atau diajak bicara.stimulasi diri, emosi atau tantrum, perilaku sterotip,dan hiperaktif. serta membantu anak meningkatkan perilaku responsif seperti melatih kontak mata, meningkatkan kemampuan verbal dan non-verbal menurunkan perilaku destruktif saat disekolah. 

Yang membuat saya terkagum lagi adalah Sekolah Purba Adhika mempunyai beberapa prestasi dalam kegitan lomba yang antara lain adalah:
  • Juara 1 lomba menyanyi tingkat SD di Graha Pandawa tahun 2007
  • Juara 3 lomba mewarnai di Autisme Care indonesia 2010
  • Juara Umum (Happy song, tsubatsa kick, mind skill, fast n furios) di sekolah mandiri cibubur 2010
  • Best Performance Menari dan paduan suara di sekolah Kharisma Bangsa 2011


Adapun Alamat Sekolah Purba Adhika berada di Jalan H. Ipin No. 31 Karang Tengah 1 Lebak Bulus Jakarta selatan. Telp. 021-75905850

Saya sangat Bangga karena bisa menjadi bagian dari Sekolah Purba Adhika.

Jumat, 08 Februari 2013

Okupasi Terapi pada Pediatrik

Apa itu Okupasi Terapi?


Peran Okupasi Terapis adalah untuk mengidentifikasi bagaimana fisik, kesulitan psikologis atau belajar mempengaruhi keterampilan fungsional dalam bermain dan sekolah. Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang didedikasikan untuk membantu anak-anak mengembangkan permainan, perawatan diri, sekolah dan keterampilan sosial. Keterampilan dan kemampuan menyediakan platform bagi keberhasilan transisi dari masa kanak-kanak hingga remaja hingga dewasa.

Kami bekerja untuk mengatasi isu-isu inti yang mungkin mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk mencapai potensi penuh mereka. Okupasi Terapi dalam pelayanan pediatrik disediakan untuk mengembangkan, meningkatkan, dan / atau memulihkan keterbatasan pada:

  • Keterampilan motorik halus / Fine Motor Skill
  • Keterampilan motorik kasar / Gross Motor Skill
  • Keterampilan Neuromotor / Neuro-motor Skill
  • Pengolahan Sensori / Sensory Processing,
  • Keterampilan Visual-Motorik / Visual-motor Skill
  • Keterampilan Visual-Persepsi / Visual Perceptual Skill
  • Keterampilan Persepsi / Perceptual Skill


Misi kami adalah untuk mempromosikan perkembangan hasil terbaik bagi klien muda kita


Anak yang butuh Okupasi Terapi?


Karena terapis okupasi dilatih untuk menilai perkembangan anak-anaknya secara holistik, kita mampu mengatasi defisit beberapa. OT dapat meningkatkan:

  • Kemampuan Motorik Kasar seperti Keterampilan bola, keseimbangan dan koordinasi
  • Kemampuan Motorik Halus seperti menulis, memotong dan menutup ritsleting dan menekan tombol
  • Kesulitan Oral-motor  seperti makan dan mengunyah
  • Keterampilan Visual-Motor seperti menyalin dan kesulitan menulis 
  • Keterampilan Visual Persepsi seperti membalas Surat dan kesulitan membaca
  • Kesulitan Pengolahan Sensorik / sensory Processing seperti over-sensitivitas menghindari atau mencari  sentuhan.
  • Adaptasi Lingkungan di rumah dan lingkungan sekolah
  • Keterampilan Sosial
  • Interaksi Anak bermain dengan teman sesuai dengan usianya.
Anak yang perlu bantuan Okupasi Terapi
  • Keterlambatan Perkembangan seperti terlambat duduk, berjalan dan berbicara
  • Gangguan Akademik seperti Kesulitan membaca dan menulis
  • Kesulitan Konsentrasi seperti ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas di rumah atau di sekolah
  • Gangguan Pendengaran dan Penglihatan 
  • Prematuritas
  • Defisit Neurologis 
  • Cerebral Palsy
  • Downs sindrom
  • Autisme
  • Attention Defisit Disorder (ADD) \ Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD)
  • Kesulitan motorik halus seperti kesulitan menulis, kesulitan mengontrol dan menggenggam pensil
  • Anak-anak dengan kesulitan motorik kasar seperti dalam melompat, meloncat dan keterampilan bola
  • Anak-anak dengan keterlambatan dan kesulitan dalam kesiapan sekolah / Pre-akademik.
Assessment

· Komprehensif Asesmen pada anak termasuk fisik, kognitif, dan kemampuan persepsi
· Alat Asesmen yang terstandar
· laporan yang detail dan follow up dalam kaitannya dengan temuan pada Asesmen lanjutan
· Gambaran terapi, opsi dan rekomendasi
Treatment

Terapi bisa dilakukan secara Individu atau kelompok tergantung berdasarkan hasil asesment. Durasi terapi dan tujuan terapi akan lebih rinci pada sesi berikutnya. Praktik kami menyediakan layanan yang berpusat pada tujuan anak,  berorientasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Bermain eksploratif, meja, dan motorik berbasis aktivitas adalah contoh terapi dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan fungsional.

Treatment Individu

Sesi terapi individu termasuk anak dan terapis, serta pengasuh \ orang tua jika diperlukan. Sesi ini sering diikuti oleh program rumah.